Peran Keluarga dalam pencegahan penyakit kusta

Januari 11, 2010 at 9:36 am Tinggalkan komentar

A. Definisi Kusta

Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushta yang berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kusta yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1872 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen (Zulkifli, 2003)

Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang sifatnya menahun dan disebabkan oleh adanya kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit tropis yang masih menjadi suatu masalah kesehatan di dunia, khususnya di Negara-negara berkembang seperti Indonesia.

  1. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan diagnosa dan pengobatan dini pada orang terinfeksi. Peralatan pribadi seperti piring, sendok, handuk, baju dll yang pernah digunakan oleh orang yang terinfeksi kusta harus dengan segera dihindari dan diperhatikan, dapat juga dengan penyuluhan tentang penyakit kusta serta peningkatan hygiene sanitasi baik sanitasi perorangan maupun sanitasi lingkungan (http://www.departmentofhealth/leprosy/healthcare, 2004).

B. Klasifikasi Tipe Kusta

Penyakit kusta terdiri dari bermacam-macam tipe, berikut klasifikasi kusta menurut Ridley Jopling (Dirjen PPM & PLP, 1998)

1. Kusta tipe interminate (I)

2. Kusta tipe tuberkuloid (TT)

3. Kusta tipe Borderline

4. Kusta Borderline Tuberculoid (BT)

5. Kusta Borderline (BB)

C. Gejala Penyakit

Bakteri penyebab kusta memiliki kemampuan yang lambat dalam menginkubasi, maka gejala tidak akan muncul pada 1 tahun setelah seseorang terinfeksi bakteri ini. Rata-rata gejala akan muncul pada kurun waktu 5 th – 7 th (www.leprosytoday.org, 2008).

Gejala-gejala dari penyakit kusta antara lain:

1.Lesi di kulit

(warna kulit lebih terang dari yang normal seperti panu)

2. Mati rasa

(kulit yang berada di sekitar lesi menjadi kaku dan mati rasa yang disebabkan karena kerusakan saraf tepi)

3. Kaku otot

(disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang otot, sehingga menyebabkan otot kaku)

4. Ada bagian tubuh yang tidak berkeringat.

5. Rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka

(www.medicalencyclopedia/leprosy/healthtopics, 2008)

D. Cara Penularan

Cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih menjadi sebuah tanda tanya, yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yaitu selaput lendir hidung, tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta melalui:

  1. Sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2-7 x 24 jam (2-7hari)
  2. Kontak kulit dengan kulit. Syaratnya dibawah umur 25 tahun karena anak-anak lebih peka daripada orang dewasa, keduanya harus ada lesi baik mikroskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang.
  3. Kontak dekat dan penularan dari udara (droplet)

  4. Faktor tidak cukup gizi

  5. Kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat dalam jangka waktu yang lama

  6. Lewat luka

  7. Saluran pernafasan/ inhalasi

  8. Air susu ibu (kuman kusta dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat dan air susu).

E. Penyebab penyakit

Penyakit kusta disebabkan oleh suatu jenis bakteri yang disebut Mycobacterium leprae yang ditemukan pada tahun 1874, oleh GA Hansen. Kuman penyebab penyakit ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8µ dan lebar 0,2-0,5µ yang biasanya hidup dalam sel secara berkelompok membentuk blobus atau ada yang tersebar satu-satu serta memiliki sifat tahan asam (BTA) karena tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol.

F. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan diagnosa dan pengobatan dini pada orang terinfeksi. Peralatan pribadi seperti piring, sendok, handuk, baju dll yang pernah digunakan oleh orang yang terinfeksi kusta harus dengan segera dihindari dan diperhatikan, dapat juga dengan penyuluhan tentang penyakit kusta serta peningkatan hygiene sanitasi baik sanitasi perorangan maupun sanitasi lingkungan (http://www.departmentofhealth/leprosy/healthcare, 2004).

G. Peran Keluarga Dalam Usaha Pencegahan Penyakit

Keluarga adalah: Sekumpulan orang yang memiliki hubungan melalui ikatan perkawinan, adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya, perkembangan fisik, mental dan sosial serta emosional dari tiap anggota keluarga. Peranan keluarga dalam mencegah penyakit kusta antara lain:

  1. Peningkatkan hygiene sanitasi lingkungan sekitar rumah untuk menekan timbulnya bibit penyakit, dari lingkungan keluarga yang sehat maka kemungkinan timbulnya penyakit akan semakin kecil
  2. Mengkonsumsi makanan gizi seimbang empat sehat lima sempurna sebagai awal perlindungan diri dari bibit penyakit

  3. Keluarga sebagai motivator yang berperan penting secara psikologis apabila salah satu anggota keluarga sedang sakit agar dapat pulih kembali seperti semula
  4. Pendidikan kesehatan dalam keluarga merupakan tingkatan awal dalam mencegah penyakit

  5. Keluarga yang sehat mandiri ialah keluarga yang dapat mencegah, mendeteksi secara dini dan menyelesaikan masalah kesehatannya sendiri yang timbul dalam keluarganya.

H. Tahap Pencegahan Penyakit

Terdapat 3 tingkat tahapan pencegahan penyakit yaitu: Primary prevention, Secondary prevention dan Tertiary prevention

    1. Primary prevention

    a. Health promotion

    1. Pendidikan kesehatan pada masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan mengenai ciri, sebab, gejala, pencegahan serta   pengobatannya agar masyarakat mengenali gejala penyakit penyakit kusta

    2. Meningkatkan hygiene sanitasi perorangan

    3. Mengkonsumsi makanan gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna sebagai awal perlindungan diri dari bibit penyakit

    4. Menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari kemungkinan timbulnya bakteri penyebab kusta

    b. Specific protection

    1. Meningkatkan hygiene sanitasi perorangan

    2. Vaksin, namun Hingga saat ini belum ada vaksin untuk penyakit kusta, hanya mengandalkan kekuatan imunitas dari masing-masing individu

    3. Perlindungan terhadap cedera/luka agar kuman kusta tidak dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh pejamu

    4. Membatasi diri kontak langsung dengan orang yang menderita kusta dalam waktu yang cukup lama

    2. Secondary prevention

    a. Early Diagnosis

    1. Memeriksakan ke pelayanan kesehatan apabila ada tanda atau gejala penyakit kusta seperti adanya lesi/bercak putih yang menyerupai panu agar mendapatkan penanganan yang tepat

    2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala

    3. Bila sudah terdiagnosa penyakit kusta, maka penderita harus rutin melakukan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara cepat dan tepat agar tidak menjadi semakin parah

    b. Disability Limitation

    1. Pengobatan pada penderita kusta secara tepat dan adekuat. Pengobatan dilakukan secara rutin selama 6 bulan sampai 2 tahun agar tuntas dan kuman kusta tidak terdapat lagi dalam tubuh penderita

    2. Pengobatan yang adekuat agar tidak menimbulkan kecacatan pada penderita. Penyakit kusta dapat menyebabkan kecacatan tubuh seperti kehilangannya kaki-tangan dari penderita

    3. Tertiary Prevention

    Rehabilitation

    1. Penggunaan protesa extrimitas/kaki-tangan palsu agar penderita kusta dapat beraktifitas seperti sedia kala dan tidak bergantung pada orang lain serta dapat hidup mandiri

    2. Psikoterapi: rehabilitasi kejiwaan agar penderita tidak depresi karena penyakit yang dideritanya dan bisa bergabung dalam kelompoknya seperti semula. Tujuan dari psikoterapi ini ialah agar penderita lebih percaya diri dan sehat yang membuat masyarakat yang berada di sekelilingnya dapat menerimanya kembali

    3. Dukungan dari keluarga sangat penting dalam mengembalikan kepercayaan diri penderita


    Daftar Pustaka

    Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    Amirudin, R. 1997. Konsep Baru Paradigma Kesehatan. http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/05/konsep-baru-paradigma-kesehatan-bab-3-epid-perencanaan-edited/ diakses tanggal 31 Oktober 2009

    Anonymous http://id.wikipedia.org/wiki/Genetika diakses pada tanggal 24 Oktober 2009

    Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 1998. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta. Ditjen PPM & PL, Depkes RI Jakarta

    Farich, A. 2006. Peningkatan Kesehatan Masyarakat. http://achmadfarich.pdf diakses pada tanggal 24 Oktober 2009

    Handayani, S. 1997. Eliminasi Penyakit Kusta Pada Tahun 2000 (on line) http://www.kalbe.co.id/files/ diakses pada tanggal 24 Oktober 2009

    http://www.jawatengah.go.id/dinkes/new/Profile2003/bab4.htm diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

    http://www.who/programmesandproject/mediacentre/factsheet/ 2005, Leprosy diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

    http://www.wikipedia/thefreeencyclopedia/leprosy/htm/ 2007. Leprosy diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

    http://www.leprosytoday.org.htm/ 2008. Leprosy Today diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

    http://www.medicalencyclopedia/leprosy/healthtopics/ 2008. Leprosy. diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

    http://www.departmentofhealth/leprosy/healthcare/a4572/mht/ 2004. Leprosy diakses pada tanggal 25 oktober 2009

    Kandun, N I, 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. http://depkes.go.id. Diakses tanggal 31 Oktober 2009

    Mubarak, W dan Nurul Chayatin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Salemba Medika, Jakarta

    Mukono, J. 2000. Prinsip-prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Erlangga University Press, Surabaya.

    Muninjaya, A.A.G. 1999. Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

    Notoatmodjo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta

    Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.

    Zein, U. 2008. Kusta dan Penularannya. http://www.gls.org/hidupsehat diakses tanggal 31 Oktober 2009

    Zulkifli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. http://www.library.usu.ac.id diakses tanggal 31 Oktober 2009


    Entry filed under: peran keluarga dalam pencegahan penyakit.

    Sunat perempuan?Mitos atau Budaya??

    Tinggalkan komentar

    Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


    Kalender

    Januari 2010
    S S R K J S M
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    25262728293031

    Most Recent Posts